Apa saja perbedaan antara Agile dan DevOps?
Metodologi Agile dan DevOps adalah dua praktik pelengkap yang menghadirkan efisiensi dan prediktabilitas ke semua aspek pengembangan perangkat lunak. Metodologi Agile adalah pendekatan pengembangan perangkat lunak iteratif yang berfokus pada kolaborasi, perilisan perangkat lunak cepat, dan umpan balik pelanggan. Metodologi ini adalah filosofi budaya dan manajemen yang memiliki tujuan agar setiap anggota tim dapat berfokus pada peningkatan berkelanjutan dan pengiriman nilai kepada pelanggan. DevOps adalah pendekatan pengiriman perangkat lunak yang menghilangkan silo antara tim pengembangan dan operasi yang ada. Tim DevOps menggunakan alat dan praktik untuk mengotomatiskan proses yang secara historis bersifat manual dan lambat, seperti deployment kode atau penyediaan infrastruktur. Alat dan praktik ini meningkatkan kemampuan organisasi untuk menghadirkan aplikasi dan layanan dengan cepat.
Apa saja persamaan antara metodologi Agile dan DevOps?
Metodologi Agile muncul pada tahun 2000 sebagai respons terhadap keterbatasan metodologi pengembangan perangkat lunak tradisional yang lebih kaku. Manifesto for Agile Software Development, yang diterbitkan pada tahun 2001, menguraikan nilai, prinsip, dan praktik intinya. Praktik Agile berfokus pada kolaborasi pelanggan, perubahan cepat, pengiriman berkelanjutan, dan pengembangan iteratif.
DevOps berawal dari praktik Agile dan dikembangkan karena kebutuhan akan lebih banyak sinergi antara tim operasi dan pengembangan. Patrick Debois menciptakan DevOps pada tahun 2009. Debois menciptakannya berdasarkan prinsip-prinsip praktik Agile, tetapi memperluasnya untuk mencakup operasi dan otomatisasi. DevOps mendukung praktik Agile dengan menyediakan area fokus tambahan.
Selanjutnya, kami akan menyajikan beberapa persamaan antara praktik DevOps dan Agile.
Tujuan
Metodologi DevOps dan Agile berfokus pada peningkatan pengembangan perangkat lunak dan proses pengiriman. Keduanya juga mendorong kolaborasi, efisiensi, dan peningkatan berkelanjutan. Keduanya menggunakan kolaborasi lintas fungsi untuk memberikan loop umpan balik dan meningkatkan pekerjaan secara berkelanjutan. Kedua metodologi ini menggunakan prinsip lean untuk merampingkan dan memaksimalkan efisiensi.
Praktik DevOps dan Agile mendorong tim untuk menerapkan perbaikan, berkolaborasi, dan mengurangi hambatan. Hal ini memungkinkan kedua metodologi ini untuk mempercepat pengembangan perangkat lunak sekaligus mempertahankan kualitas.
Jaminan kualitas
Metodologi Agile dan DevOps menekankan pada pengujian untuk memastikan keandalan perangkat lunak. Keduanya berfokus pada pengujian perubahan kode untuk mendeteksi masalah sedini mungkin. Uji unit, uji fungsional, uji performa, pengujian penerimaan, dan pengujian integrasi bersifat umum.
Dengan berfokus pada pengujian kode yang sering selama proses pengembangan, tim Agile dan DevOps dapat menyediakan perangkat lunak yang andal dan berkualitas tinggi.
Peningkatan berkelanjutan
Praktik Agile dan DevOps mendukung budaya pembelajaran, pertumbuhan, proses yang ditingkatkan, dan perbaikan. Tim akan membuat perubahan inkremental secara iteratif untuk meningkatkan produk.
Metodologi Agile menggunakan praktik Scrum, seperti retrospektif, untuk membantu menumbuhkan budaya perbaikan. Misalnya, setelah setiap iterasi, tim merefleksikan hal-hal yang telah mereka lakukan dengan baik dan hal-hal yang dapat mereka tingkatkan. Mereka mengidentifikasi item tindakan di masa mendatang untuk meningkatkan produktivitas, kepuasan pelanggan, dan kolaborasi.
Demikian pula, tim DevOps menggunakan tinjauan pascainsiden dan memantau data untuk menemukan area perbaikan.
Perbedaan utama: praktik Agile vs. DevOps
Praktik DevOps dan Agile adalah pendekatan pelengkap dalam siklus hidup pengiriman perangkat lunak. Keduanya memenuhi kebutuhan pelanggan secara berbeda dengan berfokus pada prinsip dan praktik yang berbeda.
Tujuan
Metodologi Agile berfokus pada pengembangan perangkat lunak inkremental. Metodologi ini mendorong tim untuk berkolaborasi dengan pelanggan, memberikan nilai, dan merespons perubahan dengan cepat. Tim menggunakan praktik Agile untuk secara efisien merespons kebutuhan pelanggan dan permintaan pasar yang terus bertambah dalam pengembangan perangkat lunak.
DevOps mencakup tim operasi dalam budaya pengembangan perangkat lunak Agile. Peran operasi adalah untuk melakukan deployment dan mengirimkan perangkat lunak kepada pengguna akhir. Jika perangkat lunak sering berubah, tim operasi juga harus mengikuti perubahan tersebut. Mereka harus mengelola perubahan konfigurasi lingkungan perangkat lunak, yang menjadi makin sulit saat aplikasi menskalakan.
DevOps memecah silo dan berfokus pada kolaborasi antara tim pengembangan serta operasi. Berbagai alat dan teknologi meningkatkan fleksibilitas serta efisiensi dalam melakukan deployment perangkat lunak.
Prinsip
Berikut adalah empat prinsip utama atau prioritas metodologi Agile:
- Mengutamakan individu dan interaksi dibandingkan proses serta alat
- Mengutamakan perangkat lunak yang berfungsi dibandingkan dokumentasi yang komprehensif
- Mengutamakan kolaborasi pelanggan dibandingkan negosiasi kontrak
- Mengutamakan perubahan yang reaktif dibandingkan mengikuti rencana secara kaku
Tim Agile menerima perubahan dan menyediakan pengembangan inkremental serta iteratif di seluruh siklus hidup proyek. Mereka melibatkan pelanggan sejak awal dan selama proses, yang dapat membantu memastikan bahwa tim akan menyesuaikan dengan permintaan klien.
Sebaliknya, DevOps memiliki lima prinsip utama, yang dirangkum dengan akronim CALMS:
- Kolaborasi antara tim pengembangan dan operasi untuk tanggung jawab bersama
- Alat dan teknik otomatisasi untuk mengotomatiskan tugas berulang, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan efisiensi
- Strategi lean untuk meniadakan proses apa pun yang dapat memperlama waktu pengiriman
- Pengukuran performa dengan mengumpulkan dan menganalisis data
- Berbagi informasi dan pembelajaran di seluruh tim untuk meningkatkan performa serta inovasi secara keseluruhan
Praktik
Metodologi Agile membagi tugas menjadi unit-unit yang lebih kecil yang disebut kisah. Tim Agile akan bekerja dalam periode iterasi singkat yang disebut sprint. Setiap sprint menciptakan inkremen perangkat lunak atau produk yang baru dan dapat dikirimkan. Anggota tim berpartisipasi dalam pertemuan singkat (stand-up meeting) harian untuk berkoordinasi. Demikian pula, pendekatan Agile menggunakan berbagai retrospektif reguler untuk meningkatkan dan meraih efisiensi.
DevOps mengotomatiskan sebanyak mungkin proses pembangunan, pengujian, dan deployment. Hal ini mendukung perilisan yang sering atas versi perangkat lunak baru. Integrasi berkelanjutan menggabungkan kode ke dalam repositori bersama yang membantu memastikan developer menguji kode secara reguler. Pengiriman berkelanjutan menggunakan pipeline deployment untuk melakukan deployment ke beberapa lingkungan sekaligus.
DevOps juga menggunakan infrastruktur sebagai kode (IaC) sehingga tim dapat menangani manajemen dan penyediaan sebagai tugas pengembangan perangkat lunak. Dengan memantau infrastruktur dan aplikasi, developer menemukan potensi masalah serta memecahkan masalah untuk tujuan perbaikan.
Keterampilan
Anggota tim Agile harus mudah beradaptasi, fleksibel, dan merupakan komunikator yang baik. Sebagian besar anggota tim juga memiliki keterampilan lintas fungsi dan dapat bekerja di beberapa domain untuk menyelesaikan suatu produk. Komunikasi sangatlah penting karena tim Agile harus memberikan umpan balik dan meresponsnya secara efektif.
Tim DevOps membutuhkan keterampilan seperti kesadaran keamanan, pemantauan, pengetahuan otomatisasi, dan keterampilan operasi. Anggota tim DevOps menulis skrip IaC dan mengembangkan alat yang memantau pipeline pengiriman. Mempertahankan alur kerja otomatis sangatlah penting bagi DevOps.
Tim DevOps membutuhkan pemahaman yang lebih teknis tentang otomatisasi deployment perangkat lunak. Tim Agile terdiri atas anggota-anggota nonteknis seperti analis bisnis dan manajer proyek.
Bagaimana bentuk kerja sama antara praktik Agile dan DevOps?
Pendekatan kolaboratif metodologi Agile akan makin meluas saat dipasangkan dengan penggunaan tim operasi DevOps. Saat bekerja sama, tim Agile akan mengembangkan perangkat lunak yang selanjutnya dikirimkan DevOps ke pengguna akhir. Developer Agile memberikan inkremen perangkat lunak yang diintegrasikan dan dilakukan deployment oleh DevOps melalui pengiriman dan otomatisasi berkelanjutan. Developer mengambil tanggung jawab dalam menulis pengujian perangkat lunak dan memelihara pipeline pembangunan dan deployment.
Ringkasan perbedaan: praktik Agile vs. DevOps
Praktik Agile |
DevOps |
|
Tujuan |
Proses Agile menggunakan pendekatan iteratif yang berkembang dengan cepat dan efektif untuk merespons kebutuhan pelanggan. |
Praktik DevOps menyatukan tim pengembangan dan operasi menggunakan otomatisasi untuk deployment berkelanjutan. |
Prinsip |
Pola pikir Agile memiliki empat prinsip inti: personel, kolaborasi pelanggan, perangkat lunak yang berfungsi, dan pengembangan reaktif. |
DevOps memiliki lima prinsip: budaya, otomatisasi, prinsip lean, pengukuran, dan berbagi. |
Praktik |
Pengembangan Agile mengurai tugas ke dalam beberapa kisah dan berkomunikasi setiap hari dalam pertemuan singkat (stand-up meeting). Sebuah tim akan bekerja selama periode singkat yang disebut "sprint" untuk mengelola proyek yang kompleks dan meningkatkan efisiensi. |
Metode pengembangan perangkat lunak DevOps menekankan pengiriman berkelanjutan, otomatisasi, pemantauan, dan integrasi berkelanjutan. |
Keterampilan tim |
Anggota tim Agile adalah komunikator yang fleksibel, mudah beradaptasi, multifungsi, dan kuat. Tim dapat terdiri dari anggota teknis dan nonteknis. |
Anggota tim DevOps mengotomatiskan proses dengan IaC, melakukan deployment perangkat lunak, dan umumnya merupakan anggota teknis. |
Bagaimana AWS dapat mendukung praktik Agile dan pekerjaan DevOps Anda?
Amazon Web Services (AWS) menyediakan serangkaian layanan yang fleksibel sehingga perusahaan dapat membangun dan menghadirkan produk dengan cepat serta andal dengan praktik DevOps. Layanan ini memudahkan Anda untuk menyediakan dan mengelola infrastruktur, melakukan deployment kode aplikasi, mengotomatiskan proses rilis perangkat lunak, serta memantau performa aplikasi dan infrastruktur. Untuk informasi selengkapnya, baca tentang DevOps dan AWS.
Berikut adalah beberapa penawaran AWS yang dapat mendukung pekerjaan DevOps Anda:
- AWS CodePipeline merupakan layanan integrasi dan pengiriman berkelanjutan untuk pembaruan aplikasi dan infrastruktur yang cepat serta andal
- AWS CodeBuild merupakan layanan pembangun yang terkelola penuh untuk mengompilasi kode sumber, menjalankan pengujian, dan menghasilkan paket perangkat lunak yang siap untuk deployment
- AWS CodeDeploy mengotomatiskan deployment kode ke instans apa pun, termasuk instans Amazon Elastic Compute Cloud (Amazon EC2) dan server on-premise
Mulai menggunakan DevOps dan AWS dengan membuat akun sekarang juga.